Candi Angin


 

Legenda Candi angin berkembang di Dukuh Petung, Desa Tempur, Kec. Keling, Kab. Jepara. Menurut Bapak Arifin di sana ada yang mbaurekso (menjaga), namanya mbah Sungkar (Alm).
2. Cerita Legenda
Sejarah peninggalan para raja dan temuan-temuan dari batu.yang dulunya untuk peribadatan, diperkirakan karena terlalu tinggi hingga akhirnya menjadi bubar karena terkena angin, dan hilang sama sekali yang kemudian ditemukannya kembali peninggalan hingga ditemukan kembali candi tersebut. Kepercayaan orang sekitar bahwa candi tersebut untuk peribadatan dan karena letaknya yang tinggi hingga roboh terkena angin, sampai akhirnya dinamakan “Candi Angin”.
Bagi masyarakat candi tersebut tidak memberikan kesan atau keuntungan tertentu karena mayoritas penduduk setempat beragama Islam, hanya saja kadang digunakan orang untuk bertapa atau ritual tertentu. Sebuah organisasi meneliti dan menemukan hal-hal gaib candi tersebut yang diperkirakan sudah berumur ratusan tahun ketika kerajaan Islam muncul.


Candi masih tetap utuh ada tempat yang tertinggi dan terendah. Bangunan candi angin tidak punya aturan tertulis. Apabila ada orang luar ke candi tersebut pertama masuk bangunan bawah yang terdiri dari dua bangunan tertutup, yang kemudian baru ke atas. Karena di sana ada 3 tempat, yaitu yang tertinggi, tengah, dan yang paling rendah.
Dahulu candi angin angin adalah candi bubar atau hancur, yang kemudian ditemukannya petilasan atau peninggalan berupa benda-benda purbakala, dan di candi yang bubar tersebut orang memohon/minta permohonan, di perkuburan arum wangi, wayang (semar) yang memindah-mindah ke adiyasa (adiyasa itu di desa tempur ini), kamiyasa juga ada di situ, kemudian ada kamiratamu, konclang saleh janoko, sukirman
Masyarakat menganggap Candi Angin sebagai barang peninggalan purbakala, misalnya berupa punden berundak yang di dalamnya ada sumur batu di mana pada musim hujan tidak terendam dan pada musim kemarau tidak kering, tetapi orang tidak tahu di mana sumbernya dikuras tiap minggu masih tetap penuh airnya, itu peninggalan zaman Hindu sebelum kedatangan Islam. Masyarakat disekitar mungkin ada kaitannya dengan candi tersebut yakni, di desa ini tidak ada orang yang kaya atau terlalu kaya dan juga tidak ada orang yang miskin atau terlalu miskin bahkan sampai kekurangan karena di desa ini dilindungi oleh pandawa lima yang ada di candi angin yang membuat desa selalu tenteram dan damai ketika ada kerusuhan di mana-mana, masyarakat Desa Tempur tidak emosi atau tepancing dan tenang-tenang saja. Hal ini sesuai dengan sifat pendawa lima dalam cerita wayang yang tidak pernah membuat kisruh dan hidup saling bebrayan (bersama) dan gotong royong.
Zaman dulu, candi tersebut sering digunakan untuk musyawarah pemuda karena pada zaman perjuangan dulu belum dibentuk organisasi atau tatanan desa seperti sekarang. Peninggalan tubak, berbentuk lesung seperti lesung yang mempunyai dua lubang, yang berisi air yang tidak pernah surut di musim kemarau dan tidak tenggelam di musim hujan, kadar air relatif sama. Ketika dikuras, air tersebut kembali lagi seperti semula. Masyarakat menganggap petilasan ini sebagai peninggalan masyarakat tubak zaman purbakala. Di sini sering muncul ular kecil yang kemudian menjelma mejadi keris, tetapi tidak bisa diambil.
Ritual yang biasa dilakukan:
1. Untuk masuk ke dalam candi harus minum air kelapa muda dan untuk masuk kuburan sembojo harus membawa minyak dan juga 3 jenis kembang telon.
2. Untuk masuk ke dalam candi juga ada pantangan yang harus dipatuhi yaitu buang air kecil dan besar tidak boleh di perempatan. Pernah ada kejadian ketika seseorang melanggar pantangan orang tersebut menjadi lumpuh.
3. Apabila kita mengeluh kecapekan biasanya ada hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Orang yang memohon sesuatu dan terwujud ia akan kembali lagi kesitu membawa “ketupat lepet” sebaga tanda terima kasih. Apabila ada permohonan/semedinya memohon sesuatu, apabila ada hewan yang datang seperti ular besar/harimau, orang tersebut diminta untuk tidak mengganggu/gentar karena hewan-hewan tersebut sebenarnya hanya perwujudan dari penunggu dan hanya menguji orang tersebut karena pernah orang melihat perwujudan itu dan makhluk itu hanya menggangu tidak berefek pada penyakit.


Sumber: de-noeg.blogspot.com

0 Response to "Candi Angin "

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme