Kisah cinta seorang Prajurit wanita
08.08
hasu5hiroi
, Posted in
Militer
,
0 Comments
Dia adalah Serda (K) Kowad Widya, satu dari dua Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) yang kali pertama diberikan kepercayaan mengikuti misi perdamaian PBB diwilayah konflik di Kongo, Afrika Tengah.
“ Saya terpaksa menunda pernikahan
bahkan putus cinta dengan dia (calon suami) karena dia tidak bisa
memahami tugas ini. Hidup adalah sebuah pilihan, karena saya tentara
saya lebih memilih tugas pengabdian kepada negara daripada kepentingan
pribadi menikah di tahun ini ”
tegas Widya.
Keputusan yang dipilih prajurit Kowad yang kini bertugas di Pusat
Kesehatan (Puskes) TNI tersebut memang telah bulat. Meski sebenarnya
putus cinta dan batal menikah bukan hal yang diharapkannya. Namun
perempuan muda berdarah keturunan Semarang ini tetap harus memilih.tegas Widya.
“ Semua sudah kami bicarakan baik-baik
dan kami pun berpisah dengan cara baik-baik. Semoga kedepan saya
mendapat pengganti yang lebih baik dan senantiasa memahami tugas dan
tanggung jawab saya sebagai tentara ”
ujar perempuan berparas manis yang murah senyum itu.
Tegas, optimistis, dan tetap bersemangat tak lepas dari diri Widya.
Meski tergolong masih muda, perempuan kelahiran 17 Oktober 1990 itu tak
langsung putus asa dan “galau” setelah putus cinta. Tapi sebaliknya, dia
terlihat paling bersemangat saat meneriakkan yel-yel bersama 120
prajurit TNI AD yang akan diberangkatkan ke Kongo saat apel penutupan
pelatihan di Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) Ahmad Yani Semarang,
Kamis (10/1) lalu.
ujar perempuan berparas manis yang murah senyum itu.
“ Tugas misi perdamaian ini menjadi
sejarah dalam hidup saya. Karena ini adalah pengalaman pertama saya
ditugaskan ke luar negeri dalam misi PBB. Tak hanya itu, saya dan Letda
Kowad Deswiwi juga merupakan prajurit Kowad pertama yang dikirim Kongo ”
katanya.
Untuk itu, Widya telah mempersiapkan diri sejak awal, mulai dari
perbekalan hingga pengetahuan untuk menunjang tugasnya di Kongo selama
satu tahun. Beberapa tes seperti tes kesehatan jasmani, bahasa Inggris,
komputer dan menyetir mobil telah dilaluinya. Bahkan selama sebulan dia
digembleng dengan pelatihan di Pusdik Penerbad Semarang, di antaranya
pembekalan berbahasa Inggris dan Prancis, dua bahasa yang kerap
digunakan masyarakat Kongo.
katanya.
“ Di Kongo saya akan bertugas sebagai
tim kesehatan khusus untuk satgas, namun tidak menutup keinginan untuk
melayani masyarakat di sana maupun misi kemanusiaan lainnya ”
jelas lulusan Kowad tahun 2009 itu
jelas lulusan Kowad tahun 2009 itu
Sumber: indomiliter.mywapblog.com
0 Response to "Kisah cinta seorang Prajurit wanita"
Posting Komentar